Rangga & Cinta Membawa Kita Kembali Muda dan Bernostalgia
Kalau kamu pernah jadi remaja di era awal 2000-an, kemungkinan besar nama Rangga dan Cinta pernah bikin jantungmu berdebar. Ada sensasi manis sekaligus nyebelin dari sosok cowok pendiam yang sok misterius, penuh buku, tapi diam-diam bikin penasaran. Ada juga persahabatan cewek-cewek SMA yang terasa nggak akan pernah putus, penuh tawa, drama, dan rahasia kecil yang cuma kalian yang tahu. Nah, film “Rangga & Cinta” datang lagi setelah dua dekade dan berhasil membawa semua perasaan itu pulang.
Sejak menit pertama, nuansa nostalgia langsung terasa. Kamu akan diajak balik ke masa ketika jatuh cinta itu sederhana, cukup saling pandang, saling sindir, lalu diam-diam berharap besok dia masih ada di tempat yang sama. Persahabatan yang dulu terasa abadi juga dihidupkan kembali dengan hangat. Kita dibawa mengingat masa ketika dunia terasa kecil tapi segalanya terasa menyenangkan. Yang paling terasa adalah bagaimana film ini menghidupkan lagi romansa khas Rangga dan Cinta. Perasaan jatuh cinta, rangkaian kata puitis, buku-buku, dan dialog yang masih terasa manis meskipun sudah bertahun-tahun berlalu.
Film ini seperti surat cinta untuk para penontonnya yang dulu remaja dan kini sudah dewasa. Bahkan, mungkin sebagian besar penonton Ada Apa dengan Cinta (AADC) sudah jadi emak-emak. Anehnya, meski ceritanya sama tapi kita bisa merasakan lagi getaran itu, cinta pertama yang bikin deg-degan, gairah yang dulu penuh rasa ingin tahu, dan puisi-puisi kecil yang dulu mungkin kamu baca diam-diam. Rasanya seperti membuka kotak kenangan lama yang selama ini disimpan di pojok lemari.
Tapi, meski manis dan hangat, ada juga sih perasaan “yah, kok ceritanya sama persis?”
Awalnya kita mungkin akan mengira film ini akan dibuat ulang dengan cerita baru. Ya, semisal kehidupan remaja Rangga dan Cinta di era remaja-remaja sekarang atau sesuatu yang lebih relevan dengan konteks hari ini. Tapi ternyata ceritanya nyaris sama persis dengan dulu, hanya ditambah sentuhan musikal di beberapa bagian. Memang jadi lebih indah secara visual dan emosional, tapi kurang memberi kejutan buat penonton lama yang sudah hafal jalan ceritanya.
Jujur, sebagai penonton saya sempat berharap Mira Lesmana berani sedikit keluar jalur, membawa Rangga dan Cinta ke dunia yang lebih segar, memperlihatkan sisi baru dari karakter yang sudah kita kenal, atau mungkin mempertemukan mereka dalam konteks cinta masa kini. Rasanya itu akan bikin penonton lama bukan hanya nostalgia, tapi juga merasa diajak tumbuh bersama dua tokoh ikonik ini.
Akan tetapi, magisnya “Rangga & Cinta” punya daya tarik yang sulit ditolak. Ia bukan film yang ingin sok rumit atau mencoba mengejutkan. Ia tahu siapa penontonnya, orang-orang yang ingin pulang ke masa muda, menikmati lagi hangatnya jatuh cinta pertama, dan merasakan sensasi penasaran pada lelaki nyebelin yang entah kenapa selalu bikin kangen.
Jadi, kalau kamu mencari cerita baru yang segar, mungkin film ini tidak akan memenuhi ekspektasimu. Tapi kalau kamu cuma ingin pulang sebentar, membuka kenangan lama, dan merasakan kembali cinta remaja yang polos namun berkesan, film ini akan menghangatkan hati dan bikin senyum-senyum sendiri. Kadang, kita memang butuh berhenti sejenak dan mengunjungi masa lalu, meski hanya lewat layar lebar.
Posting Komentar untuk "Rangga & Cinta Membawa Kita Kembali Muda dan Bernostalgia"