Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Film : “Aladdin” (2019) dan Nostalgia Masa Kecil

foto: dok. disney
Siapa nih yang ngaku penggemar Disney? Tahu dong kalau Disney baru-baru ini merilis film live action dari animasi Aladdin 1992? Yep, Ladies, kamu bakal disuguhi manisnya romansa Aladdin dan Putri Jasmine lewat akting memukau para aktor yang masih terbilang wajah baru di kancah perfilm-an Hollywood ini. Per tanggal 22 Mei 2019 kamu sudah bisa menikmati suguhan manis cerita yang merupakan adaptasi dari versi animasinya ini.

For Your Information, Ladies.

Aladdin pertama kali diluncurkan oleh Disney pada tahun 1992 dengan mengambil latar belakang cerita di kehidupan Arab dengan format animasi. Tentu saja film ini menjadi salah satu film Disney yang hits di tahun 90-an. Buat Ladies yang lahir atau besar di tahun-tahun ini, pasti hapal banget sama kisah Putri Jasmine dan Aladin serta sang Jin (Genie). Sebuah kisah yang terinspirasi dari dongeng asal Timur Tengah, legenda “Seribu Satu Malam” dengan jalan cerita yang luar biasa memukau.

Film ini disutradarai oleh Guy Ritchie yang pernah sukses dengan film Sherlock Holmes-nya. Naskah cerita “Aladdin” dimandatkan langsung kepada John August. Film ini dibuat dalam  genre film komedi keluarga dan soundtrack yang sekejap saja mampu membawa ingatan kita pada masa kecil, Ladies. Siapa sih yang bisa melupakan lagu memorial seperti “A Whole New World” (sambil membayangkan duduk di permadani dan terbang mengelilingi negeri Agrabah nan megah, aaah~).

Foto: giphy.com

Spoiler Alert~

(Buat Ladies yang nggak mau spoiler, sebaiknya berhenti baca di bagian ini deh, hehe!)

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, Ritchie memang bermaksud menghadirkan cerita yang sama dengan versi animasinya tahun 1992. Terbukti dengan tetap menghadirkan kisah Aladdin (dipernahkan Mena Massoud) sebagai pemuda jalanan yang sebatang kara dan hidup hanya dengan teman satu-satunya, seekor monyet pencuri bernama Abu.

Jasmine (diperankan oleh Naomi Scott), putri anak Sultan (Navid Nehgaban) merasa frustasi dengan kehidupannya di Istana hingga ia memilih kabur agar tak dinikahi oleh Pangeran Anders (diperankan Billy Magnussen) yang dijodohkan Ayahnya. Ketika kabur ke kota dan masuk pasar inilah Jasmine bertemu Aladdin.

Film ini pun tetap menghadirkan Aladdin yang jatuh cinta dengan Princess Jasmine  dari kerajaan Agrabah tersebut. Aladdin jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat wajah Jasmine yang memiliki hati yang sangat baik. Bak gayung bersambut, Jasmine pun jatuh cinta kepada Aladdin setelah pertemuan mereka. Sampai akhirnya mereka berteman, lalu Aladdin ditangkap oleh Jafar (penasehat Sultan sekaligus seorang penyihir jahat). Diam-diam juga Jafar (diperankan oleh Marwan Kenzari) justru berniat melengserkan Sultan dan ingin menguasai Agrabah. Aladdin kemudian bertemu dengan Genie (jin biru yang diperankan Will Smith) yang menemani perjalanan panjang Aladin dalam mendapatkan sang putri Agrabah.

Apakah adaptasi ini menjawab ekspektasi kita?

Sebenarnya, secara keseluruhan, Ritchie tampak ingin tetap mempertahankan alur cerita Aladdin yang sama seperti versi animasinya. Meski demikian, yang namanya adaptasi pasti akan ada beberapa perubahan ya, Ladies. Ada beberapa adegan yang tentu berbeda dengan versi animasi. Karakternya pun ada beberapa penambahan disesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Yang menarik adalah film ini justru menghadirkan pertunjukan musical yang meriah dengan bumbu-bumbu komedi yang renyah. Yes, Will Smith berhasil membawa kita pada momen-momen penuh tawa terbahak-bahak. Meski ada beberapa adegan yang memang menampilkan efek CGI yang kurang klimaks, tapi film ini tidak mengecewakan. Richie nggak hanya membuat kita bernostalgia dengan film versi 1992, tetapi juga menyadari bahwa ini adalah film Aladdin yang baru, modern, dan layak diapresiasi.

Bisa dibilang Ritchie nggak menyimpang terlalu jauh dari apa yang kita harapkan dari Disney dengan suguhan film drama musical biasanya. Begitupun sebaliknya, Disney tampak tak ingin menyimpang terlalu jauh dari apa yang kita harapkan dari film Aladdin. Agaknya film ini pas dan cukup memorable. Sebagai live action, film ini layak masuk dalam film terbaik Disney setelah Beauty and The Beast 2017 lalu.

Jadi buat kamu yang belum nonton, buruan nonton! Siap-siap tertawa terbahak-bahak dan terkagum-kagum ya, Ladies. Sebagus itukah? Tonton aja deh!

4 komentar untuk "Film : “Aladdin” (2019) dan Nostalgia Masa Kecil"

  1. Wah film ini menjadi film terbaik dan menjadi film faporit buat sayah, apalagi dulu pilm kartun aladin paling sayah sukai mantap lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya film yang membawa untuk nostalgia kak

      Hapus
  2. Apakah film "mulan" sudah ada live action nya?, soalnya aku suka cerita mulan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rencananya untuk film Mulan akan realese di tahun 2020 mendatang. Kita tunggu kehadirannya. :)

      Hapus